Status
|
"Lagi-lagi begitu." Aku mendesah. Nafasku rasanya berat. Dadaku sesak. Kepalaku serasa dihantam besi berton-ton.
"Aku kangen...."
Itu statusnya. Gadis manis di foto profil sebelah kiri itu benar-benar membuatku kesal."Aku juga..." plus tanda love yang biasa kukirim dengan penuh cinta padanya.
Siapa sih? Apa ini sudah jadi kebiasaan? Atau kelainan? Ingin rasanya kubanting saja laptop Dell ku. Dadaku masih sesak.
"Maaf ya sayang, aku tak bisa ketemu kamu hari ini....." Itu katamu dua hari yang lalu. Aku bertanya, kenapa ga bisa ? Lalu jawabmu, sedang sibuk kerja. Ada deadline yang harus diselesaikan minggu ini.
***
Aku harus pergi. Ibuku sudah uring-uringan dari pagi. Mbak Dian ikutan kelimpungan. Untunglah Pak Barjo, supir Bapak, dengan setia menemani ke manapun kami pergi. Hhh, hari yang berat.
"Aku sakit...sakit hati. Dia akan menikah. Padahal aku sudah terlanjur mencintainya..."
Hmm...up date status lagi dia. Siapa sih? Kulirik info profilnya. Remaja tanggung, umur 19 tahunan (iya, kalau datanya benar). Kali ini, foto profilnya diganti. Rambutnya dipotong pendek. Baju tanktopnya tambah bikin seksi. Kutunggu komentar darimu.
Satu menit, lima menit......kutunggu. Ada si cowok keren, Aryo, mulai komentar di statusnya. 20 menit, aku masih terdiam di depan laptopku. Menunggu dan menunggu.
"Cek inbox"
Dadaku terbakar. Hatiku cemburu. Belum cukupkah rasa ini? Komentar singkat darimu cukup membuat tertusuk belati. Tajam dan perih. Cukup. Cukup sudah....
***
"Apa?" Suara Ibu yang biasanya lembut kini melengking tinggi. Matanya memerah. Oh, Ibu, maafkan aku. Bukti print out dari halaman fesbuk si gadis cukup menjadi alasan.
"Mungkin cuma iseng,Fa..." Pelan-pelan mbak Dian menenangkanku.
"Di dunia maya, apa saja kan bisa terjadi......."
Aku mendengus kesal. Tapi mulutku rasanya terkunci.
"Apa kamu yakin ini Rio, Fa?"
Suara Bapak terdengar pelan dan tenang, namun tetap saja kurasakan nada khawatir di dalamnya.
"Sudah 2 bulan ini Rifa mencari tahu. Dan inilah hasilnya. Semakin dekat, semakin jauh saja rasanya mas Rio sekarang pak..." Nafasku terhenti.
"Mas rio sudah berubah...dan Rifa yakin, inilah penyebabnya."
Aku sudah diduakan,bu. Dan ini sudah terjadi di depan mataku.
Ibuku menangis, tiada henti. Bapak terdiam di sudut sofa. Matanya menerawang, terdiam. Tapi aku tahu, kesedihan yang dirasakan Bapak sama denganku.
***
Namaku Rifa. Arifa Adistya Putri. Itu tertulis jelas di dalam undangan berwarna kuning emas ini.
Akan menikah, Rio Alamsyah dengan Arifa Adistya putri. Akad nikah, tanggal 5 Mei.
Ah, itu kan 2 hari lagi.
Sudah berapa banyak undangan yang disebar. 500 orang kah? Atau lebih. Harus bagaimana nanti, bagaimana menjelaskan hal ini? Sungguh memalukan, pernikahan Rifa dan Rio dibatalkan hanya karena perselingkuhan di situs jejaring sosial itu. Apa kata orang...nafasku tambah sesak. Rasanya aku ingin pergi jauh.
***
Sehari menjelang akad nikah. Mereka sudah tiba di rumahku. Rio dan kedua orang tuanya. Calon mertuaku. Wajah-wajah tegang di ruangan ini. Sepi. Tenang namun menyayat hatiku. Mengiris-ngiris setiap helaan nafasku.
Aku tetap terdiam. Cukup sudah, apapun yang diputuskan malam ini, aku pasrah. Hatiku membeku.
"Maafkan aku sayang..." Rio menghiba, diciumnya tanganku. Dipeluknya diriku di depan semua orang di ruangan ini. "Aku khilaf."
Matanya memerah. Bibirnya bergetar hebat. Aku menatapnya, sedih. Tapi aku juga masih ragu, apa benar itu air mata cinta tulusmu, Rioku sayang?
"Kalian akan tetap menikah besok!" Itu ultimatum Bapak dan diaminkan semua orang. Aku tetap terdiam. Rio menatapku penuh harap, "Aku akan berubah. Aku sudah meninggalkannya. Sudah tidak ada lagi wanita lain selain dirimu..."
Benarkah? Secepat itukah?
Aku menatapnya lagi. Dan lagi. Ragu.
Suara musik dari Hape Rio memecah kesunyian. Dengan gugup diambilnya HP itu dari kantong bajunya. Matanya tambah memerah. Tangan bergetar hebat. Dengan cepat, kuambil HP itu.
Lily memanggil.
Hape itu terus berdering. Foto di wall hape sama persis dengan foto profil itu, berambut pendek dan berbaju tanktop
"Aku kangen...."
Itu statusnya. Gadis manis di foto profil sebelah kiri itu benar-benar membuatku kesal."Aku juga..." plus tanda love yang biasa kukirim dengan penuh cinta padanya.
Siapa sih? Apa ini sudah jadi kebiasaan? Atau kelainan? Ingin rasanya kubanting saja laptop Dell ku. Dadaku masih sesak.
"Maaf ya sayang, aku tak bisa ketemu kamu hari ini....." Itu katamu dua hari yang lalu. Aku bertanya, kenapa ga bisa ? Lalu jawabmu, sedang sibuk kerja. Ada deadline yang harus diselesaikan minggu ini.
***
Aku harus pergi. Ibuku sudah uring-uringan dari pagi. Mbak Dian ikutan kelimpungan. Untunglah Pak Barjo, supir Bapak, dengan setia menemani ke manapun kami pergi. Hhh, hari yang berat.
"Aku sakit...sakit hati. Dia akan menikah. Padahal aku sudah terlanjur mencintainya..."
Hmm...up date status lagi dia. Siapa sih? Kulirik info profilnya. Remaja tanggung, umur 19 tahunan (iya, kalau datanya benar). Kali ini, foto profilnya diganti. Rambutnya dipotong pendek. Baju tanktopnya tambah bikin seksi. Kutunggu komentar darimu.
Satu menit, lima menit......kutunggu. Ada si cowok keren, Aryo, mulai komentar di statusnya. 20 menit, aku masih terdiam di depan laptopku. Menunggu dan menunggu.
"Cek inbox"
Dadaku terbakar. Hatiku cemburu. Belum cukupkah rasa ini? Komentar singkat darimu cukup membuat tertusuk belati. Tajam dan perih. Cukup. Cukup sudah....
***
"Apa?" Suara Ibu yang biasanya lembut kini melengking tinggi. Matanya memerah. Oh, Ibu, maafkan aku. Bukti print out dari halaman fesbuk si gadis cukup menjadi alasan.
"Mungkin cuma iseng,Fa..." Pelan-pelan mbak Dian menenangkanku.
"Di dunia maya, apa saja kan bisa terjadi......."
Aku mendengus kesal. Tapi mulutku rasanya terkunci.
"Apa kamu yakin ini Rio, Fa?"
Suara Bapak terdengar pelan dan tenang, namun tetap saja kurasakan nada khawatir di dalamnya.
"Sudah 2 bulan ini Rifa mencari tahu. Dan inilah hasilnya. Semakin dekat, semakin jauh saja rasanya mas Rio sekarang pak..." Nafasku terhenti.
"Mas rio sudah berubah...dan Rifa yakin, inilah penyebabnya."
Aku sudah diduakan,bu. Dan ini sudah terjadi di depan mataku.
Ibuku menangis, tiada henti. Bapak terdiam di sudut sofa. Matanya menerawang, terdiam. Tapi aku tahu, kesedihan yang dirasakan Bapak sama denganku.
***
Namaku Rifa. Arifa Adistya Putri. Itu tertulis jelas di dalam undangan berwarna kuning emas ini.
Akan menikah, Rio Alamsyah dengan Arifa Adistya putri. Akad nikah, tanggal 5 Mei.
Ah, itu kan 2 hari lagi.
Sudah berapa banyak undangan yang disebar. 500 orang kah? Atau lebih. Harus bagaimana nanti, bagaimana menjelaskan hal ini? Sungguh memalukan, pernikahan Rifa dan Rio dibatalkan hanya karena perselingkuhan di situs jejaring sosial itu. Apa kata orang...nafasku tambah sesak. Rasanya aku ingin pergi jauh.
***
Sehari menjelang akad nikah. Mereka sudah tiba di rumahku. Rio dan kedua orang tuanya. Calon mertuaku. Wajah-wajah tegang di ruangan ini. Sepi. Tenang namun menyayat hatiku. Mengiris-ngiris setiap helaan nafasku.
Aku tetap terdiam. Cukup sudah, apapun yang diputuskan malam ini, aku pasrah. Hatiku membeku.
"Maafkan aku sayang..." Rio menghiba, diciumnya tanganku. Dipeluknya diriku di depan semua orang di ruangan ini. "Aku khilaf."
Matanya memerah. Bibirnya bergetar hebat. Aku menatapnya, sedih. Tapi aku juga masih ragu, apa benar itu air mata cinta tulusmu, Rioku sayang?
"Kalian akan tetap menikah besok!" Itu ultimatum Bapak dan diaminkan semua orang. Aku tetap terdiam. Rio menatapku penuh harap, "Aku akan berubah. Aku sudah meninggalkannya. Sudah tidak ada lagi wanita lain selain dirimu..."
Benarkah? Secepat itukah?
Aku menatapnya lagi. Dan lagi. Ragu.
Suara musik dari Hape Rio memecah kesunyian. Dengan gugup diambilnya HP itu dari kantong bajunya. Matanya tambah memerah. Tangan bergetar hebat. Dengan cepat, kuambil HP itu.
Lily memanggil.
Hape itu terus berdering. Foto di wall hape sama persis dengan foto profil itu, berambut pendek dan berbaju tanktop
0 komentar:
Posting Komentar